Rabu, 21 September 2011

Menggali Potensi Diri

Konon di dunia binatang telah berlangsung musyawarah diantara binatang besar dibawah pimpinan raja rimba Singa. Mereka membicarakan rencana untuk mendirikan sekolah bagi para binatang kecil yang di dalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang, dan menggali. Namun dalam musyawarah mereka tidak sepakat tentang subjek mana yang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti seluruh mata pelajaran yang diajarkan. Jadi, setiap murid harus belajar memanjat, terbang, berlari, menggali dan berenang. Pada saat sekolah dibuka, para binatang kecil dari seluruh pelosok hutan sangat antusias untuk bersekolah. Seluruh murid bergairah menikmati segala kebaruan dan keceriaan. Sampai tibalah suatu hari yang mengubah keadaan sekolah itu. Satu murid yang bernama kelinci sangat piawai berlari, namun ketika mengikuti kelas berenang dia hampir tenggelam. Dia berusaha untuk belajar berenang, namun selalu gagal, sehingga mengguncang batinnya. Karena sibuk belajar berenang, si Kelincipun tak pernah dapat lagi berlari secepat sebelumnya. Pada saat yang sama, murid lain yang bernama Elang mengalami kesulitan dalam pelajaran menggali. Elang yang terkenal pandai terbang, selalu gagal dalam pelajaran menggali, sehingga dia harus mengikuti les pelajaran menggali. Les itu menyita waktu sehingga ia melupakan cara terbang yang sebelumnya sangat ia kuasai. Setiap hari kesulitan-kesulitan muncul dan melanda para binatang siswa sekolah. Setiap siswa sibuk memperbaiki pelajaran yang tidak ia kuasai sehingga mereka tidak punya kesempatan lagi untuk beprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Hal ini terjadi karena sekolah tidak menghargai sifat alami mereka. Dongeng di atas dikutip dari pengantar buku Sekolah Para Juara karya Thomas Amstrong (2000). Thomas Amstrong adalah pakar dan praktisi Kecerdasan Majemuk (Multiple Intellegencesi) yang ditemukan oleh Howard Gardner. Amstrong mengilustrasikan kemajemukan potensi setiap orang seperti kecerdasan alami yang dimiliki para binatang. Menurut Gardner setiap orang berbeda karena memiliki kombinasi kecedasan yang berlainan (1987). Lebih lanjut Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logis-matematis dan bahasa. Apresiasi sekolah diberikan kepada mereka yang memiliki kombinasi kemampuan itu dengan memberi label: murid pandai, bintang pelajar, juara kelas dan ranking tinggi pada setiap pembagian buku raport. Sementara untuk orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain kurang mendapat perhatian. Jarang sekali sekolah yang memberikan penghargaan pada siswa yang memiliki kemampuan misalnya olah raga, kepemimpinan, pelukis dan lain-lain. Saat ini banyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya. Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled” atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran mereka yang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan pada kemampuan logis-matematis dan bahasa. Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasan meliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap orang mempunyai cara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanya dilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983) yaitu: Linguistic Intelligence (Word Smart) Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol. Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berarti berkaitan dengan proses berpikirnya. Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart) Anak-anak dengan kecerdasan logical–mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yang besar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yang dilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan senang berhitung. Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart) Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderung imaginatif dan kreatif. Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart) Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya. Musical Intelligence (Music Smart) Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakan berbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Mereka pandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah komposisi musik. Interpersonal Intelligence (People Smart) Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang lain. Intra personal Intelligence (Self Smart) Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampu mengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harus meminta bantuan saat memerlukan. Naturalist Intelligence (Nature Smart) Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Mereka menikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya. Tahun 1999 Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya, yang ia namakan Existence Intelligence Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciri yaitu cenderung bersikap mempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia, arti kehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yang dihadapinya. Temuan Gardner menuntut semua orang untuk mengevaluasi kembali ”Paradigma Pendidikan” yang diyakininya selama ini, khususnya dalam memandang kecerdasan seorang siswa dan proses pembelajaran yang harus dilakukan. Kita tidak dapat lagi memandang kecerdasan seseorang hanya dari satu atau dua jenis kecerdasan dan menafikan kecerdasan yang lain. Kita tidak dapat lagi mengklasifikasikan seorang siswa sebagai siswa cerdas dan siswa bodoh. Menurut Renee Fuller dalam Gordon Dryden (2000) jika kita ngotot ingin melihat kecerdasan dengan kacamata filter tunggal, banyak kecerdasan akan terselubung sama sekali. Setiap anak secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujudkan dengan cara yang berbeda-beda. Selain kecerdasan, setiap orangpun mempunyai gaya belajar, bekerja dan karakter yang unik. Pakar psikiatri Carl Jung pada tahun 1921 telah memetakan tipe orang berdasarkan cara pandangnya. Dia mengklasifikasikan menjadi empat tipe: perasa (feeler), pemikir (thinker), pelakon (sensor), dan yang mengandalkan intuisi (intuitor). (Dryden: 2000). Sementara Lloyd Geering mengklasifikasikannya menjadi: Pemikir ekstrovert, Pemikir introvert, Perasa ekstrovert, Perasa introvert, Pelakon ekstrovert, Pelakon Introvert, Intuitif ekstrovert, dan Intuitif introvert. (Dryden: 2000). Prof. Ken dan Rita Dunn dari Univ. St. Johns, New York dalam penelitiannya tentang bagaimana seseorang menyerap informasi menyimpulkan tiga gaya belajar yaitu: Visual, Auditorial dan Kinestetik. Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga gaya visual, auditorial, dan kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu gaya belajar (Bandler dan Grindler, 1981) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi. Gaya visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Seseorang dengan gaya visual memiliki ciri sebagai berikut : * Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan * Mengingat dengangambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan * Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat. Gaya Auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata diciptakan dan diingat. Ciri-ciri yang bergaya auditorial adalah: * Perhatiannya mudah terpecah * Berbicara dengan pola berirama * Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir/bersuara saat membaca * Berdialog secara internal dan eksternal Gaya kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun diingat. Seseorang yang bergaya kinestetik mempunyai ciri-ciri: * Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak * Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik * Mengingat sambil berjalan dan melihat. (Booby dePorter, 1999) Menurut penelitian Dunn pelajar jenis kinestetis paling mengalami kesulitan di sekolah-sekolah tradisional. Sebagian besar mereka mengalami kegagalan dalam belajar karena sekolah-sekolah tradisional tidak mengakomodasi gaya belajar mereka. Sekolah tradisional pada umumnya melaksanakan proses pembelajaran secara visual dan auditorial, sementara pelajar kinestetik membutuhkan gerak, menyentuh, atau bertindak sehingga mereka merasa tidak terlibat, ditinggalkan dan bosan. Mereka tidak tahan duduk berjam-jam hanya untuk mendengarkan. Sebagian besar gurupun tidak memahami gaya alami mereka, sehingga mereka sering dicap siswa nakal, bermasalah, kesulitan belajar. Di dalam kelas mereka sering mendapat teguran dan kena marah guru karena dianggap tidak mau memperhatikan. Ketika mereka berusaha untuk mengikuti pelajaran dengan mencatat setiap kalimat yang diucapkan guru saat menjelaskan, mereka sering kena tegur karena dianggap tidak memperhatikan. Sebagian besar guru menginginkan siswanya duduk manis menyimak yang dia katakan saat menjelaskan. Fenomena saat ini banyak sekolah yang memanfaatkan LKS (lebih tepat kumpulan soal, karena sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai LKS), sangat menguntungkan siswa-siswa dengan gaya visual tetapi siswa-siswa gaya auditorial sangat tersiksa, sulit mengikuti pelajaran. Karena alasan itulah saya terpaksa memindahkan anak saya yang duduk di kelas II SD negeri menjadi turun kembali ke kelas I, ke Sekolah Alam Tangerang, sebuah sekolah yang mengakomodasi semua gaya belajar. Anak saya gaya belajar dominannya Auditorial, namun di sekolahnya setiap hari hanya mengerjakan LKS sehingga dia tertekan dan kalau dibiarkan bisa mengalami Shutdown Learning (kebuntuan belajar), dan ini sangat fatal untuk masa depan belajrnya. Menurut Dryden ketidak sesuaian gaya sekolah dalam proses pembelajaran dengan gaya belajar siswanya telah menyebabkan kegagalan pada banyak anak dan menjadi penyebab terbesar kegagalan sekolah. Cara pandang sekolah yang mengasumsikan bahwa setiap siswa mempunyai gaya belajar yang sama dan mengklasifikasikan siswa sebagai siswa pintar dan siswa bodoh telah mengingkari fitrah kemanusiaan yang sesungguhnya dan menjerumuskansebagian siswa pada kegagalan. Oleh karena itu merupakan kewajiban sekolah, guru dan orangtua untuk menemukan gaya belajar siswanya, menemukan jenis-jenis kecerdasannya dan mengakomodasi keragaman tersebut dalam proses pembelajaran serta mendorong seluruh kemampuan potensial mereka. Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan kurikulum satuan pendidikan (KTSP), sebelumnyanya Kurikulim Berbasis Kompetensi (KBK), merupakan suatu kesadaran dari pemerintah akan keragaman siswa. Secara konsep dalam KTSP keunikan gaya belajar setiap siswa dan keragaman kecerdasan sangat memungkinkan untuk diakomodasi. Namun pada tataran implementasi sangat sulit untuk diimplementasikan karena terdapat hambatan-hambatan baik struktural maupun kultural. Hambatan struktural tingkat pusat adalah masih dipertahankannya kebijakan UAN dalam KTSP dan di daerah masih banyak yang melaksanakan Ulangan Umum Bersama. Untuk menerapkan Kecerdasan Majemuk dibutuhkan sistem evaluasi belajar tersendiri yang sesuai dengan kecerdasan alami siswa, bukan seperti Uan dan Ulangan Umum Bersama. Hambatan kultural muncul dari sikap guru dan sekolah yang malas untuk berubah dan stagnan, alergi dengan pembaharuan serta malas berinovasi. Sementara untuk melayani gaya belajar yang berbeda dan mengoptimalkan kecerdasan setiap siswa dibutuhkan metoda pembelajaran yang berbeda dari metoda pembelajaran yang banyak digunakan saat ini. Dibutuhkan inovasi-inovasi dalam metoda dan strategi pembelajaran sehingga seluruh keunikan siswa terlayani. Ini membutuhkan kerja keras dan keikhlasan! Daftar Pustaka: 1. Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, Kaifa: 2000. 2. Gordon Dryden & Jeannette Bvos, Revolusi Cara Belajar , Kaifa: 1999 3. Linda Campbell dkk., Pembelajaran Berbasis Multi Intelegensi., Intuisi Press: 2004 4. Bobbi DePorter dkk., Quantum Teaching., Kaifa: 1999

Potensi Diri

PENGEMBANGAN POTENSI DIRI “Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhannya” “Kamu lebih tahu urusan duniamu sendiri” Kedua pernyataan yang sangat terkenal dalam Islam di atas merupakan suatu adagium yang menitikberatkan pada potensi manusia baik secara pribadi ataupun kolektif, tetapi karena yang dibicarakan di sini adalah pengembangan potensi diri maka tak syak lagi adagium di atas menitikberatkan pada pengembangan potensi secara individu. Menurut Andri Wongso, seorang motivator training, setidaknya ada empat tahap yang harus dikembangan untuk menggali atau melejitkan potensi diri; pertama mengenal diri, kedua memposisikan diri, ketiga mendobrak diri dan keempat mengaktualisasikan diri. 1. Mengenal diri dan konsep diri a. konsep hidup manusia Mengenal diri merupakan bagian tersulit dari semua proses pencarian pengetahuan manusia. Kita bisa menelusiri melalui konsep hidup manusia. Konsep hidup manusia adalah pemahaman yang menjelaskan konsep ruang, waktu dan fungsi manusia dalam kehidupan. Konsep waktu (when) menjelaskan masa lalu, masa sekarang dan masa depan manusia sebagai perjalanan yang menyeluruh. Jika manusia memandang hidupnya secara holistik, maka kehidupan manusia akan terbagi dalam lima fase; alam ruh, alam rahim, alam dunia, alam barzach, alam akherat. Ketika hidup di alam dunia manusia mengalami amnesia akan dua alam sebelumnya, oleh karena itu manusia diberi petunjuk (kitab) dan pemandu (nabi) serta akal dan hati untuk memilih kebaikan dan keburukan yang tersedia di dunia yang pada gilirannya akan menentukan nasibnya di akherat kelak. Konsep ruang (where) menjelaskan ruang yang ditempati keberadaan manusia, bisa lokal, regional, nasional, internasional, planet,galaksi sedangkan konsep fungsi (why) menjelaskan jawaban mengapa mansuia ada (eksis) di dunia.karena tidak ada sesuatupun yajng diciptakan di dunia ini tanpa ada tujuan yang jelas. Oleh karen itulah Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi manuisa sebagai khalifah, hamba, dan duta. b. Karakteriristik dasar manusia Manusia adalah makhluk yang unik, manusia adalah makhluk menjadi, sehingga sangat pantas seorang filosof, pemikir Islam Iran—Ali Syariati berpendapat bahwa manusia, mempunyai tiga karakteristik dasar yang berbeda dengan makhluk lain, karakteristik dasar tersebut adalah: • Kesadaran diri (Self-Awarenes, Self Conciousness) sifat ini menuntun manusia untuk memilih dan kemudian menolongnya untuk mencipta sesuatu yang baru, yang sebelumnya tidak ada di alam semesta. • Kemauan bebas (Free to choisce). Manusia adalah satu-satunya makhlukyang bebas untuk memilih bagi dirinya sendiri. • Kreativitas (daya cipta, cretivitness). Manusia bukan hanya makhlu pembuat alat, tapi ia pencipta dan pembuat barang-barang yang belum ada di alam. c. Konsep diri Penjelasan tentang konsep diri manusia akan menjawab dengan jelas identitas manusia sebagai makhluk (who) yang mempunyai potensi (what). Sebagai makhluk manusia mempunyai dua pengertian, pertama makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu inilah manusia mempunyai fungsi sebagai hamba dan sebagai makhluk sosial manusia berfungsi sebagai duta. Sedangkan potensi manusia terdiri dari potensi pisik, mental emosional dan spiritual. jadi dengan potensinya itu manusia diberikan perangkat lunak dan perangkat keras sekaligus untuk memenuhi fungsinya di muka bumi. Sekaligus dengan memahami potensi manusia secara menyeluruh inilah kemudian manusia dapat menyibak tabir character (sifat) dan personality (kepribadian) mansuia. Ketika konsep tentang makhluk dan potensi manusia digabung, maka terjadi tiga pengertian tentang konsep diri, pertama aku diri (aku) seperti apa yang aku kira, kedua aku sosial (aku seperti apa yang orang lain kira) dan ketiga aku ideal (aku seperti apa yang nilai-nilai inginkan). d. Pengenalan diri/ memposisikan diri Ini merupakan aksi dari konsep diri manusia dalam dunia. Bila tadi merupakan keseluruhan proses hidup dari alam ruh hingga akhirat. Ini merupakan awal prjalanan manusia menapaki dunia. Pengenalan diri di dunia terdapat tifa fase hidup manusia, masa lalu, masa kini dan masa depan. Pertanyaan dari manakah saya, dimanakah saya dan akan kemanakah saya, merupakan pertanyaan yang akan menghasilkan sebuah jawaban untuk merumuskan visi hidup, dan dari sinilah awal mula motivasi hidup manusia, sehingga akan melahirkan sebuah cita-cita hidup manusia yang luhur. e. Pengembangan diri Proses pengembangan diri adalah proses berubahnya konsep diri menjadi memenuhi fungsinya dalam terbatasnya panggung ruang waktu yang ada. Dalam hal ini berarti manusia dapat mengoptimalkan seluruh potensi fisik, mental, emosional dan spiritual untuk memenuhi fungsinya sebagai duta atau hamba. Misalnya sebagai hamba manusia dituntut untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dengan menggunakan potensi mentalnya. Proses penggunaan potensi mental untuk memecahkan masalah-masalah itulah disebut dengan kreativitas. Itulah kreativitas disebut lifeskill pengembangan diri. 2. Mendobrak diri Ini berhubungan dengan masalah kepercayaan. Unsur keyakinan atau akidah menjadi hal yang utama dan paling utama dalam hidup mansuia. Unsur keyakinan ini seringkali terkotori oleh mitos yang menyesatkan. ada dua mitos sementara yang berkembang dimsyarat kita dalam konteks perubahan diri. Kang Jalal (sapaan akrab JalaluddinRakhmat) menyebtukan dua miots. Yang pertama adalah mitos devian dan yang yang kedua adalah mitos trauma. Pandangan yang pertama atau mitos devia menganggap bahwa diri kita stabil, statis dan tidak erubah-ubah. Kalu terjadi perubahan maka itu adalah penyimpangan dari yang stabil. Mitos trauma mempunyai kepercayaanbahwa prubahan diri menimbulkan krisis mental dan krisi emosional. Kedua mitos ini akan menimbulakn statis diri, menjadikan diri tidak berkembang. Oleh karena itu kita harus mampu mendobrak kedua mitos itu dengan berpijak pada karakteristik dasar manusia. Bahwa manusia adalah makhluk yang memilih, bebas kreatif dan punya kehendaknya sendiri. Mendobrak diri ini merupakan sebuah upaya untuk mendefinisikan realitas yang serba paradoks, di satu sisi berkembang globalisasi ilmu, pada sisi lainnya terjadi otonomi ilmu, dalam bidang budayapuyn sama dan akan merembes pada pembacaan realitas pribadi kita. Unsur keyakinan merupakan motivasi hidup sang diri. Suatu kepercayaan terhadap sesuatu merupakan sumber gerak manusia dalam menjalankan visi misi hidupnya. 3. Mengaktualisasikan diri Aktualisasi diri merupakan proses realisasi diri seelah kita mampu meakukan tindakan-tindakan cepat, berani ambil risiko, dan mampu mengambil pelajaran atas keberhasilan dan kegagalan kita. Dalam proses perwujudan inilah kita dituntut melakukan segala sesuatu secara profesional, efektif dan efisien. Sebab ini berkaitan dengan peluang atau kesempatan yang kita peroleh. Tahap aktualisasi diri menuntut kemapuan kita untuk menjalin koneksi atau relasi yang bernilai lebih. Ada kalanya potensi, kemampuan, keterampilan dan nilai lebih kita, macet gara-gara tidak menemukan saluran aktualisasi yang sepantasnya. Relasi dan koneksi kaang bisa berfungsi seperti jalan dan jembatan menuju ke sasaran yang kita inginkan. Disinilah arti penting koneksi atau relasi dengan orang lain, terutama relasi yang berkualitas. Relasi atau koneksi merupakan daya ungkit yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak keberhasilan kita. 4. Tujuh kebiasaan untuk menjadi manusia yang berubah • Jadilah pro aktif-prinsip hidup pribadi • Mulai dengan akhir dalam pikiran-prinsip kepemimpinan pribadi • Dahulukan yang harus didahulukan-prinsip manajemen pribadi • Berfikir menang-menang-prinsip kepemimpinan antar pribadi • Berusaha mengerti lebih dahulu, baru dimengerti-prinsip komunikasi empatik • Mewujudkan sinegi-prinspi kerjasama kreatif • Asahlah gergaji-prinsip pembaruan diri yang seimbang. Mengenal dan Mengukur Potensi Diri Setiap manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat dikembangkan. Tidak sedikit manusia belum sepenuhnya mengembangkan dan menggunakan potensi yang ada pada dirinya. Hal ini terjadi dikarenakan mereka belum atau bahkan tidak mengenal potensi dirinya dan hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri tersebut. Mampu mengembangkan potensi diri merupakan dambaan setiap individu. Mampukan seseorang mengembangkan potensi dirinya secara efektif? Itu bergantung pada motivasi diri, karena pengembangan potensi diri merupakan suatu proses yang sistematis dan bertahap. Tahapan pengembangan potensi diri tersebut antara lain melalui pengenalan dan pengukuran potensi diri, menentukan konsep diri, mengenal hambatan-hambatan serta aktualisasi diri. Potensi pada diri manusia merupakan salah satu pembeda antara individu yang satu dengan lainnya. Adapun potensi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai: 1) kemampuan dasar, seperti tingkat intelegensia, logika, kemampuan abstraksi dan daya tangkap; 2) sikap kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya tahan terhadap stres; 3) kepribadian, yaitu pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmaniah, mental, rohani, emosional maupun sosial, yang semuanya telah ditata dalam cara khas dibawah aneka pengaruh dari luar. Beberapa contoh potensi diri manusia tersebut antara lain kejujuran, keimanan, kesetiaan, kerapian, ketegasan, kematangan, kedewasaan, kecerdikan, kebijakan, keramahtamahan dan sebagainya. Pengembangan diri harus diawali dengan pengenalan diri, salah satu caranya adalah melalui pengukuran potensi diri. Pengenalan diri akan membantu individu melihat kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya, mengetahui hal-hal yang berkembang dengan hal-hal yang masih perlu dikembangkan. Pengukuran potensi diri dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah potensi-potensi yang dimiliki oleh seorang individu, baik yang diperoleh melalui introspeksi diri maupun malalui feed back dari orang lain serta tes psikologis. 1) Penilaian diri Yang dimaksud dengan penilaian diri ini adalah menilai diri sendiri. Ada juga yang mengatakan instropeksi. Sebagian orang mengatakan bahwa dengan cara ini penilaian yang dilakukan sangat subyektif, karena orang umumnya tidak mau melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Tapi pendapat lain mengatakan bahwa yang paling kenal diri anda adalah anda sendiri. 2) Pengukuran diri melalui feed back orang lain Feed back merupakan komunikasi yang ditujukan kepada seseorang yang akan memberikan informasi kepada orang yang bersangkutan, bagaimana orang lain terkena dampak olehnya, bagaimana kesan yang ditimbulkan pada orang lain dengan tingkah laku yang ditunjukkannya. Feed back membantu seseorang untuk menelaah dan memperbaiki tingkah lakunya dan dengan demikian ia akan lebih mudah mencapai hal-hal yang diinginkannya. 3) Tes kepribadian Tes kepribadian merupakan salah satu instrumen untuk pengenalan diri sendiri, beberapa tes kepribadian untuk pengukuran potensi diri, yaitu: kepercayaan terhadap diri sendiri, tingkat kehati-hatian, daya tahan menghadapi cobaan, tingkat toleransi, dan pengukuran ambisi. Ciri Manusia Modern menurut Alex Inkeles Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka untuk perubahan. 2. Menyatakan pendapat atau opini mengenai lingkungan sendiri atau kejadian yang terjadi jauh diluar lingkungan serta dapat bersikap demokratis. 3. Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan daripada masa lalu. 4. Memiliki perencanaan dan pengorganisasian. 5. Percaya diri. 6. Perhitungan. 7. Menghargai harkat hidup manusia lain. 8. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi. 9. Menjunjung tinggi suatu sikap di mana imbalan yang diterima seseorang haruslah sesuai dengan prestasinya di masyarakat. PRESTASI DIRI DEMI KEUNGGULAN BANGSA Budaya unggul adalah cara hidup yang berorientasi pada mutu (memberikan penghargaan tinggi terhadap mutu). Orang-orang unggul memiliki sejumlah ciri, antara lain: nurani yang jernih, akal budi yang tercerahkan, kerja keras, disiplin, berhemat, menabung, dan mengutamakan pendidikan/belajar. Sikap mental itu yang bertentangan dengan budaya unggul, yaitu: meremehkan mutu; suka menerabas/cari jalan pintas; tidak percaya diri; tidak berdisiplin murni; dan suka mengabaikan tanggung jawab. Faktor dalam diri seseorang amat menetukan prestasinya. Hal itu bisa dimiliki seseorang karena proses belajar, terutama melalui pendidikan dalam keluarga. Potensi diri pada dasarnya adalah kemampuan terpendam seseorang yang jika dikenali, dikembangkan, an diaktualisasikan akan menjadi kemampuan nyata dalam kehidupan. Howard Gardner menyebut kemampuan terpendam itu sebagai kecerdasan. Agar seseorang bisa berprestasi, ia perlu mengenal potensi dirinya. Hanya dengan mengenali potensi diri, maka orang akan mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Secara umum, upaya-upaya untuk meraih prestasi dapat dirinci dalam urutan langkah sebagai berikut: (1) Mengenal diri; (2) Menentukan fokus; (3) Menerapkan tujuan; (4) Menumbuhkan motivasi; (5) Menetapkan tindakan dan melaksanakannya secara konsisten; (6) Melakukan evaluasi diri. Sikap mental posistif merupakan keadaan mental seseorang yang cenderung optimis dalam menghadapi diri maupun lingkungannya. Sikap mental negatif merupakan keadaan mental seseorang yang cenderung pesimis alam menghadapi diri maupun lingkungan Pentingnya Prestasi diri Sebelum kita membahas lebih jauh tentang arti penting prestasi diri bagi keunggulan bangsa, kita simak terlebih dahulu sebait puisi karya Taufik Ismail berikut. Kerinduan Kita Bersama Kita merindukan anak-anak Indonesia Berwajah cerah, sehat, dan gembira pergi ke sekolah Kita merindukan berjuta anak Indonesia Mendapat peluang serupa Merenangi lautan ilmu, mengintai perpustakaan Di didik membaca buku, menuliskan pikiran Terbuka pada keluasan wawasan dan pandangan Kreatif dan sensitif terhadap kehidupan Mencintai Ayah dan Ibu Hormat pada Guru penuang ilmu Solider dan beramal bagi bangsa Tak Canggung dalam pergaulan dunia Kita merindukan anak-anak Indonesia Diberi kesempatan mendaki seluruh jenjang pendidikan Sehingga terpelajarlah batin dan wajah bangsa Sungguh berat ini beban bersama Ini kerja panjang dan berjangka lama Karena itu kepada Tuhan kita mohonkan Sehingga kita dianugrahinya kekuatan Kerinduan yang dimaksud oleh Taufik Ismail tersebut pada dasarnya merupakan kerinduan kita sebagai bangsa Indonesia. Setelah bangsa Indonesia didera krisis maka bangsa kita seakan terperosok ke dalam kemunduran dan harus membangun kembali pondasi sebagai sebuah bangsa yang besar dan berprestasi di dunia. Membangun prestasi bangsa sebenarnya dapat dibangun dengan membangun pendidikan yang merata dan berkualitas. Pendidikan janganlah dianggap sebagai belanja ekonomi, tetapi harus dianggap sebagai sebuah investasi (menanam modal). Kita dapat mencontoh Jepang, dalam membangun keunggulan bangsa. Ketika bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, kehancuran hebat yang menimpa Jepang dijawab oleh rakyat Jepang dengan pertama-tama membangun pendidikan yang lebih berkualitas. Kemudian, pendidikan mengantarkan Jepang menjadi salah satu negara paling maju dan berprestasi di dunia. Malaysia merupakan salah satu negara yang dapat kita contoh kemajuannya. Hal ini berkat hasil dari pendidikan. Malaysia pada awal pembangunannya banyak mengirimkan pelajarnya ke seluruh dunia, termasuk ribuan pelajar Malaysia belajar di Indonesia. Setelah mereka mendapatkan ilmu dari negara lain, mereka menyumbangkan ilmu dan pengetahuannya untuk membangun bangsa. Jadi, kita memang saat ini harus banyak belajar dari Malaysia yang dulunya belajar dari Indonesia. Prestasi bangsa dapat dibangun ketika setiap individu dapat menorehkan prestasi dalam segala bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus dijadikan pijakan utama. Hal ini disebabkan keunggulan sebuah negara diukur oleh sumber daya manusianya yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Suatu negara dapat dikatakan maju dan berprestasi jika negara tersebut mampu menguasai iptek. Misalnya, Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman adalah contoh negara yang menguasai iptek, kemudian menjadi negara termaju dan terdepan di dunia. Sumber daya manusia yang menguasai iptek tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus diasah dan dibentuk dalam proses pendidikan. Pendidikan dimulai dari keluarga, masyarakat, atau di sekolah. Banyak cara atau teknik agar kita terus dapat mengasah diri dan meningkatkan prestasi. Kita dapat belajar dari apa saja dan dari siapa saja agar pengetahuan dan keterampilan terus meningkat. Dr. Vernon A. Magnesen menyatakan bahwa keberhasilan kita belajar dipengaruhi oleh berbagai cara kita belajar, yaitu: 10 % dari apa yang dibaca; 20 % dari apa yang didengar; 30 % dari apa yang dilihat; 50 % dari apa yang dilihat dan didengar; 70 % dari apa yang dikatakan; 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Kerja keras dalam belajar memang perlu kita lakukan agar dapat mencapai prestasi yang kita harapkan. Thomas Alfa Edison yang telah mengalami banyak kegagalan ketika berusaha melakukan penemuan, menyatakan bahwa ia telah menemukan salah satu cara untuk mendapatkan kesuksesan karena ketika ia gagal dalam satu hal tentunya akan menemukan jalan lain yang mengantarkan pada prestasi. Kerja keras harus kita lakukan dalam semua bidang kehidupan guna menorehkan prestasi di segala bidang. Kerja keras untuk mencapai keberhasilan janganlah dikotori dengan tindakan tidak jujur dan menghalalkan segala cara. Misalnya, seorang siswa yang sedang melaksanakan ujian, ia kotori dengan cara menyontek pada orang lain. Hal ini bertentangan dengan hati nurani seorang pelajar dan aturan di sekolah yang melarang menyontek waktu ujian. Tanamkanlah dalam diri kita agar mampu menorehkan prestasi di segala bidang. Jika kita sudah mampu menorehkan prestasi terbaik, seperti para pelajar Indonesia yang mampu menjadi juara dalam berbagai olimpiade pelajar dan berbagai atlet Indonesia yang menjadi juara dunia maka tentunya nama bangsa Indonesia akan menjadi harum di mata internasional. Sekali lagi, torehkanlah prestasi demi kebaikan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Sumber : Saputra, Lukman Surya, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan 3 : Menumbuhkan Nasionalisme dan Patriotisme Untuk Kelas IX Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Syanawiyah, Jakarta : Pusat perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 89 – 92.

Pengertian Prestasi Diri

MENGENAL POTENSI DIRI Pada dasarnya setiap manusia memiliki kekuatan dan potensi masing-masing. Tapi sampai saat ini masih banyak yang belum menyadari potensi di dalam dirinya sendiri. Padahal potensi setiap orang sangat menunjang kesuksesan hidupnya jika diasah dengan baik. Nah kalo pengin tau potensi diri anda, coba deh ikuti tipsnya: Kenali diri sendiri Coba buat daftar pertanyaan, seperti: apa yang membuat anda bahagia; apa yang anda inginkan dalam hidup ini; apa kelebihan dan kekuatan anda; dan apa saja kelemahan anda. Kemudian jawablah pertanyaan ini secara jujur dan objektif. Mintalah bantuan keluarga atau sahabat untuk menilai kelemahan dan kekuatan anda. Tentukan tujuan hidup Tentukan tujuan hidup anda baik itu tujuan jangka waktu pendek maupun jangka panjang secara realistis. Realistis maksudnya yang sesuai dengan kemampuan dan kompetensi anda. Menentukan tujuan yang jauh boleh aja asal diikuti oleh semangat untuk mencapainya. Kenali motivasi hidup Setiap manusia memiliki motivasi tersendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Coba kenali apa motivasi hidup anda, apa yang bisa melecut semangat anda untuk menghasilkan karya terbaik, dll. Sehingga anda memiliki kekuatan dan dukungan moril dari dalam diri untuk menghasilkan yang terbaik. Hilangkan negative thinking Enyahkan pikiran-pikiran negatif yang bisa menghambat langkah anda mencapai tujuan. Setiap kali anda menghadapi hambatan, jangan menyalahkan orang lain. Lebih baik coba evaluasi kembali langkah anda mungkin ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Kemudian melangkahlah kembali jika anda telah menemukan jalan yang mantap. Jangan mengadili diri sendiri Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam mencapai tujuan anda, jangan menyesali dan mengadili diri sendiri berlarut-larut. Hal ini hanya akan membuang waktu dan energi. Bangkit dan tataplah masa depan. Jadikan kegagalan sebagai pengalaman dan bahan pelajaran untuk maju. Kini anda sudah tau kan cara mengetahui potensi diri anda? Ingat, potensi anda adalah kekuatan anda untuk menggapai sukses. So, mulai sekarang ketahuilah dan galilah potensi diri anda. Semoga sukses Pengertian Prestasi Prestasi merupakan hasil sebuah usaha yang tidak selamanya identik dengan hasil baik. Misalnya seorang siswa yang mengikuti ujian dan mendapatkan nilai lima, bisa dikatakan memperoleh prestasi buruk atau rendah. Sebuah tim sepakbola yang lebih sering kalah ketimbang menang adalah tim sepak bola yang berprestasi buruk, dan lain-lain. Jadi prestasi dapat berupa hasil yang baik maupun buruk. Namun pada umumnya kita mengasosiasikan prestasi sebagai hasil baik. Ketika kita mengatakan seseorang berprestasi maka yang kita maksudkan adalah orang tersebut memperoleh hasil atau prestasi yang baik. Dari penjelasan tersebut, prestasi baiklah yang kita bahas selanjutnya. Sehingga prestasi meliputi berbagai macam bidang antara lain : 1. Prestasi belajar, yaitu hasil yang didapat dari usaha belajar, 2. Prestasi kerja, yaitu hasil yang didapat dari bekerja 3. Prestasi di bidang seni 4. Prestasi di bidang olah raga 5. Prestasi di bidang lingkungan hidup 6. Prestasi di bidang Iptek, dan lain-lain Pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk berprestasi atau memperoleh prestasi. Keinginan mendapatkan prestasi merupakan kebutuhan semua orang. Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi atau keinginan berprestasi antara lain : a. berorientasi pada masa depan atau cita-citanya b. berorientasi pada keberhasilan c. berani mengambil resiko d. memiliki rasa tanggung jawab e. menerima dan menggunakan kritik sebagai umpan balik f. kreatif serta mampu mengelola waktu dengan baik Prestasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua macam faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri dan faktor yang berasal dari luar dirinya. 1. Faktor dari dalam diri, diantaranya bakat atau potensi, kepandaian atau intelektualitas, minat, kebiasaan, motivasi, pengalaman, kesehatan danemosi. 2. Faktor dari luar, misalnya keluarga, sekolah, masyarakat, sarana prasarana, fasilitas, gizi dan tempat tinggal. Kedua jenis faktor tersebut mendukung satu sama lain. Prestasi biasanya akan muncul jika kedua macam faktor di atas terpenuhi secara baik. Orang yang berprestasi adalah orang yang dianggap sukses dalam bidang tertentu, karena pada kenyataannya ia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Konsep diri yang melekat pada orang yang berprestasi adalah konsep diri positif yang mampu menangkap, mengolah dan memberdayakan diri secara rasional dan proporsional serta efektif dan efisien.